A.
Kedudukan
Media Pembelajaran dan Landasan Penggunaannya
Pada
umumnya kedudukan Media Pembelajaran berfungsi sebagai alat perantara atau alat
pengatur pesan dalam kegiatan pembelajaran yaitu memberikan stimulus kepada
siswa agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru, dari konsep-konsep
yang masih abstrak menjadi gambaran yang lebih konkrit. Sikap dan perilaku
seseorang juga akan mengalami perubahan setelah mereka mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman baru. Penggunaan media dalam pembelajaran “fiqih” akan membantu
siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru lewat materi yang disampaikan
oleh guru dibandingkan dengan jika guru hanya melakukan pendekatan verbal.
Pada kedudukannya, Media Pembelajaran memiliki beberapa landasan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Psikologis
Beberapa teori yang digunakan dalam landasan
psikologis tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Teori psikologis Brurner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan,
diantaranya yaitu:
Ø tahap pengalaman
langsung (Eractive), merupakan tahap individu berupa memahami lingkungan dengan
melakukan aktifitas.
Ø tahap Pictoria (Ekonit),
tahap individu melihat dunia melalui gambar dan menvisualisasi verbal.
Ø tahap simbolik, tahap
dimana individu mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi
bahasa dan logika berpikirnya.
b.
Teori kerucut pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman ini merupakan salah satu
gambaran yang dijadikan landasan teori dalam penggunaan media pembelajaran
selain dari ketiga tahap pengalaman Bruner.
Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar
anak mulai dari hal-hal yang dianggap paling abstrak. Klasifikasi pengalaman
tersebut lebih dikenal dengan-kerucut pengalaman, yang terdiri dari 11 macam
klasifiksi media pengajaran seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
c. Teori Behavourisme
Teori behavourisme atau teori tingkah laku ini
menganggap bahwa segala kejadian dilingkungan sangat mempengaruhi perilaku
seseorang dan akan memberikan pengalaman tertentu dalam dirinya, dan teori ini menganggap
perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R(stimulus respon)
yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap apa yang datang
dari luar diri individu.
Penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu
sumber belajar yang digunakan secara sistematis dalam kegiatan pembelajaran
juga dapat memberikan interaksi antara
pengalaman baru dan pengalaman sebelumnya, sehingga terjadi perubahan pada anak
didik.
Pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap dan
ketrampilan dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman
yang pernah dialami sebelumnya. Tingkat pemerolehan hasil belajar seperti yang
digambarkan oleh Dale(1969) sebagai proses komunikasi. Proses pembelajaran
dapat berhasil-dengan baik apabila siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat
inderanya. Semakin benyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan
mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan
dipahami serta dipertahankan dalam ingatan.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui
indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 80%
hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15%
diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dari indera yang lainnya.
2. Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan
bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam
kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata
lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi.
Meskipun pada dasarnya dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa
dapat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya, dengan begitu harkat kemanusiaan siswa lebih dihargai
dengan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara ataupun alat belajar
sesuai kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti
dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang
penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika
guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki keprbadian, harga
diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang
lain,maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
3. Landasan Psikologis
Dengan memperhatikan
kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode
pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping
itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu,
dalam pemilihan media di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses
belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif. Kajian psikologis menyatakan-bahwa anak akan
lebih mudah mempelajarai hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
4. Landasan Teknologis
Teknologi pembelajaran
adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan,
penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan
proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksankan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana
kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi
pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan
komponen-komponen system pembalajaran yang telah disusun dalm fungsi desain
atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
system pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, tehnik, dan latar.
5. Landasan Empiris
Temuan-temuan
penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar
dengan menggunakan mediam yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya
belajarnya. Siswa yang memilih tipe belajar visual akan lebih memperoleh
keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram,
video, atua film. Sementara siswa yang memilih tipe belajar auditif, akan lebih
suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah
guru. Akan kebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut
jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut,
maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru,
tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik anak didik,
karakteristik media pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
B.
Macam-macam
Kedudukan Media Pembelajaran
1. Kedudukan
Media Pembelajaran Berdasarkan Karakteristiknya
Kemajuan
di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut
digunakannya berbagai media pembelajaran serta peralatan-peralatan yang semakin
canggih. Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia
media, di mana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju dikuranginya sistem
penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang lebih mengedepankan
metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian bahan pembelajaran modern
yang lebih mengedepankan peran siswa dan pemanfaatan multimedia.
Setiap
jenis media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan fungsi
tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Agar peran media belajar tersebut menunjukkan pada suatu
jenis media tertentu, maka pada media-media belajar itu perlu diklasifikasikan
menurut suatu metode tertentu sesuai dengan karakteristik dan fungsinya terhadap pembelajaran.
Pengelompokkan itu penting untuk memudahkan para pendidik dalam memahami sifat
media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau topik
pembelajaran tertentu.
Menurut
Scharmm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup
sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Jadi antara
klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.
2. Kedudukan
Media Pembelajaran di Dunia Pendidikan
Belajar melalui
stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas
seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta
dan konsep. Belajar melalui stimulus verbal membuahkan hasil yang lebih apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan. Belajar dengan
menggunakan indera ganda(pandang dan dengar) akan memberikan keuntungan bagi
siswa.
Dengan
menggabungkan beberapa media akan memberikan pengalaman yang mencerminkan suatu
pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu pengalaman belajar akan
diperoleh karena adanya penggabungan aneka media itu-hingga menjadi satu
kesatuan kerja yang meghasilkan suatu informasi yang memiliki nilai komunikasi
yang sangat tinggi; artinya informasi bahkan tidak hanya dilihat sebagai hasil
cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang
dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam
penyajian.
Kita
sekarang berada dalam suatu era informasi, yang ditandai dengan tersedianya
informasi yang makin banyak dan bervariasi., tersebarnya informasi yang makin
meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam
waktu singkat. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, walaupun dalam
derajat yang berbeda-beda.Di negara-negara yang telah maju media telah
mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Bahkan seorang arsitek Amerika
terkemuka, Buckminster Fuller dalam Haney & Ulmer menyatakan bahwa media
adalah orang tua ketiga(guru adalah orang tua kedua). Di indonesia
kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak, dengan telah diudarakannya oleh
pihak swasta “Televisi Pendidikan” mulai tahun 1991, yang disiarkan ke seluruh
pelosok tanah air.
Dengan
konsepsi yang makin mantap, kedudukan media dlm dunia pendidikan tidak hanya
sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan
pembelajaran guru yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang
guru dapat memusatkan tugsnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan
dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.
3. Kedudukan
Media dalam Sistem Pembelajaran
Sistem
adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan
sebagai suatu system karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan, komponen tersebut meliputi tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Hal tersebut akan tergambar seperti bagan berikut ini.
Dari
bagan di atas dapat dilihat bahwa sebagai suatu sistem, proses pembelajaran
terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing saling berkaitan erat dan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, akan menjadi suatu sistem
yang tidak sempurna, manakala suatu pembelajaran tidak didukung oleh salah satu
komponen tersebut.
a. Tujuan
Tujuan merupakan
komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana
siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung tujuan yang
ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen jantung pada
sistem tubuh manusia. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa
adalah kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan
siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan
demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktifitas
guru dan siswa. Oleh sebab itu merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang
harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran, karena alasan
yaitu sebagai berikut:
·
Rumsan tujuan yang
jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses
pembelajaran.
·
Tujuan pembelajaran
dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa.
·
Tujuan pembelajaran
dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran.
·
Tujuan pembelajaran
dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas
pembelajaran.
b. Isi
Isi atau materi
pembelajaran merupakan komponen kedua dalam system pembelajaran. Dalam konteks
tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya,
sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.
Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan
materi pelajaran. Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran
oleh guru mutlak diperlukan sebab peran dan tugas guru sebagai sumber belajar.
Namun demikian, dalam setting pembelajaran
yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan
tanggungjawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi
pelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai sumber.
c. Metode
Metode atau strategi
adalah komponen yang juga sangat menentukan, keberhasilan pencapaian tujuan
sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen
lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut
tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu,
setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi
dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
d. Media
Walaupun sebagai alat
bantu akan tetapi media memiliki peran yang tidak kalah penting. Dalam kemajuan
teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat belajar dari mana saja
dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil teknologi. Oleh Karena itu, peran dan
tugas guru bergeser dari peran sebagai-sumber
belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui penggunaan
berbagai sumber tersebut diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin
meningkat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan
komponen terakhir dalam system proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja
berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi
juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan
berbagai komponen system pembelajaran.
4. Kedudukan
Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam
proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan diantaranya
sebagai berikut:
a. Alat
untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan pelajaran
Penggunaan
media dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam kedudukannya seperti halnya
diatas jelas telah memberikan manfaat besar bagi anak didik. Disatu pihak akan
memudahkan dalam memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan karena siswa
secara langsung dapat berinteraksi dengan objek yang menjadi bahan kajian.
Sedangkan dipihak lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang
tidak dapat disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan
siswa memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi. Bahka dengan kehadiran
media diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari siswa.
b. Alat
untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnyadan pengajar bisa menempatkan
media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa
Penggunaan
media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada materi pelajaran yang
bersifat abstrak yang sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa
terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat perlu dilakukan. Hal
ini terkait dengan materi pelajaran yang di dalamnya terdapat
sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, misalnya untuk-menjelaskan
sistem peredaran darah pada manusia, proses terjadinya hujan, proses
terjadinya gerhana matahari, dan lain-lain. Di mana kadang-kadang untuk
menjelaskan dan menggambarkannya melalui kata-kata sangat sulit, siswa
pun sulit untuk memahaminya. Dengan media pengajaran seperti itulah kemudian
guru memberi waktu pada siswanya untuk memecahkan masalah yang ia lihat
berdasarkan teori yang ada. Oleh karena itu, media berkedudukan sebagai sarana
yang dipergunakan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, memperdekat
dan memperlancar jalan kearah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c. Sumber
belajar bagi siswa
Artinya
media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik
secara individual maupun kelompok.
d. Alat untuk mempertinggi proses
interaksi guru sisw, dan interaksi siswa dengan lingkungan sehingga
mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar
Tiap-tiap siswa mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatan. Demikian juga kemampuan dalam berbicara.
Ada siswa yang lebih suka/senang membaca, ada yang lebih suka
mendengarkan dulu baru membaca, dan begitu pun sebaliknya. Dengan kehadiran
media pengajaran, kelemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat
diatasi. Misalnya, guru dapat memulai pelajaran dengan metode ceramah kemudian
dilanjutkan dengan memperlihatkan/ memberikan contoh konkrit. Dengan cara
seperti ini dapat memberikan stimulus terhadap indera siswa. Dan dengan begitu akan terbangun pula
interaksi guru dan siswa dengan lingkungannya.
5.
Kedudukan
Media Pembelajaran Dalam Teknologi Pembelajaran
Dalam teknologi
pembelajaran, media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan
dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. Dalam teknologi pembelajaran pada
dasarnya kedudukan Media Pembelajaran dalam teknologi pembelajaran
sepertihalnya apa yang dimaksud dalam Landasan Teknologis, dalam landasan
tersebut dijelaskan bahwa pemecahan masalahdalam teknologi pendidikan-dilakukan
dalam bentuk kesatuan komponen sistem pembelajaran yang telah disusun sesuai
dengan fungsinya. Komponen-komponen dalam teknologi pembelajaran tersebut
diantaranya adalah pesan, orang, bahan, media, peralatan, tehnik, dan latar.
Media
juga sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca,
atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut,
beberapadiantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Portofolio Elektronik
Portofolio elektronik
atau sering disebut eportofolio merupakan suatu kumpulan hasil karya
pembelajar(siswa, pengajar maupun karyawan) yang dikemas dalam berbagai
bentuk/format elektronik(video, audio, situs web, dokumen, dan lainnya).
Mengingat bahwa eportofolio sebagaimana
layaknya portofolio dalam bentuk cetakan merupakan proses perekaman/pencatatan
yang terus-menerus(berkelanjutan) dari siswa, ia merefleksikan banyak hal yang
tidak dapat direkam dalam dokumen-dokumen resmi selama ini seperti transkrip
atau surat. Keunggulan sebuah eportfolio adalah ia dapat menampilkan
kemampuan/skill pemiliknya, pencapaian yang dimilikinya tidak saja
yang berasal dari pembelajaran formal namun juga yang berasal dari situasi
informal seperti pemikiran, aktifitas kurikuler, atau pengalaman bekerja. eportofolio
juga merupakan sebuah refleksi pengalaman belajar itu sendiri, suatu cara yang
lebih lengkap dalam menilai seorang mahasiswa.
b.
Teknologi untuk
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik
merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik cenderung
menekankan pada penerapan konsep belajar. Oleh karena itu, guru harus merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman
belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif.(Defantri, 2009)
Pembelajaran tematik
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
peserta didik.(Akhmad Sudrajat, 2007)
Dari beberapa sumber
diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran Tematik berpusat pada siswa
dan menekankan pengalaman belajar sehingga siswa dapat memaknai pengetahuan. Dalam
pembelajaran tematik sebuah materi dikemas dengan tema yang sesuai. Teknologi Pembelajaran Tematik
dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi metode. Misalnya percobaan,
bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, atau sekedar bercakap-cakap.
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa: Pemilihan tema dalam
pembelajaran tematik sebaiknya disusun dengan aturan dan lingkungan yang
terdekat dengan siswa.
c.
Pembelajaran Jarak Jauh
Berinteraksi secara
langsung, tepisah jarak dan waktu tetapi masih dapat melakukan proses belajar
dengan cara memanfaatkan cara pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh
juga dapat membantu anak didik untuk mengakses pendidikan kapan saja tidak
hanya saat di sekolah maupun saat bertemu dengan pengajar. Dalam sistem
pendidikan jarak jauh, interaksi merupakan faktor penting sebagai sarana
penunjang aktivitas pembelajaran. Interaksi memungkinkan anak didik mengatasi masalah yang dihadapi dalam upaya
memahami materi. Interaksi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan
pengukuhan(reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai oleh anak. Selain
itu, interaksi dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan(remedial)
pada waktu mengikuti proses pembelajaranInteraksi dapat juga digunakan sebagai
sarana untuk menyampaikan materi yang perlu dipelajari secara mendalam oleh
anak(elaborasi).
6. Kedudukan
Media untuk Mengundang Partisipasi Aktif Siswa
Peran media pembelajaran sangat
penting didalam proses pembelajaran dikelas untuk memudahkan anak didalam menerima informasi
lewat pesan yang disampaikan guru ketika menyampaikan materi. Seorang
peserta didik akan dapat memperoleh pemahaman atau pengetahuan dengan cara
mengelola rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera
penglihatan, pendengaran, maupun indera lainnya. Semakin tanggap seseorang
tentang obyek orang atau kejadian-semakin baik pula proses pengetahuan atau
pemahaman yang dialami.Pada konteks inilah, media memainkan perannya dengan
membantu dan memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami dan mengelola apa
yang diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar lebih jelas.
Kedudukan
media pada tahap ini dapat merangsang terjadinya diskusi diantara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa,
membantu siswa menemukan gagasan untuk mengawali kegiatan mengarang, bercerita,
dan kegiatan kerja kelompok, sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk
melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas, serta
mengundang keterlibatan kognitif dan emosional siswa secara spontan.
7. Kedudukan
Media Pada Tahap Tindak Lanjut
Kedudukan media pada
tahap ini untuk mempermudah program remediasi dan pengayaan, sebagai contoh
membuat kliping, mengumpulkan gambar binatang dari kelompok sejenis, membuat
laporan hasil pengamatan, mencari informasi atau berita tentang seorang tokoh yang
disenangi anak-anak.
terima kasih artikelnya sangat membantu, apabila membutuhkan aplikasi absaensi fingerprint berbasis sms, silahkan kunjungi website kami ABSENSI SISWA
BalasHapus