J. Tanda Kurung ((...))
1.
|
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
·
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK
(Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
|
|
2.
|
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
|
Misalnya:
·
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
·
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
|
Misalnya:
·
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kokain(a).
·
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
|
Misalnya:
·
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.
|
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1.
|
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
|
Misalnya:
·
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
|
|
2.
|
Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
|
Misalnya:
·
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan
di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
|
L. Tanda Petik ("...")
1.
|
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
|
Misalnya:
·
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu
sebentar!"
·
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara
ialah Bahasa Indonesia."
|
|
2.
|
Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
|
Misalnya:
·
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul
"Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
·
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman
5 buku itu.
|
|
3.
|
Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
|
Misalnya:
·
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba
dan ralat" saja.
·
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
|
|
4.
|
Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
|
Misalnya:
·
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
|
|
5.
|
Tanda baca
penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
|
Misalnya:
·
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan
"Si Hitam".
·
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia
sendiri tidak tahu sebabnya.
|
Catatan:
Tanda
petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
|
M. Tanda Petik Tunggal ('...')
1.
|
Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
|
Misalnya:
·
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"
·
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak
anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak
Hamdan.
|
|
2.
|
Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
|
Misalnya:
·
feed-back 'balikan'
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
|
||||
Misalnya:
No.
7/PK/1973
Jalan
Kramat III/10
tahun
anggaran 1985/1986
|
|||||
2.
|
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
|
||||
Misalnya:
|
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
|
||||||
Misalnya:
|
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar