“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i

Rabu, 08 Januari 2014

Fonologi dalam Bahasa



A.    Pengertian
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan, kata, atau ilmu' dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian.
Fonologi pada umumnya dibagi 2 yakni:
a.       Fonemik(fonem)
Membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang berfungsi sebagai pembeda makna, Fonemik sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna. Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu berupa runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti makna atau kehilangan makna. Contoh:
b
a
b
i
‘binatang berkaki empat’



p
a
p
i
sebutan lain untuk ayah
Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua konsonan [b] yang menjadi awal suku kata pertama dan kedua sedangkan kata papi memiliki konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan keduanya. Selain kedua bunyi itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan bunyi [b] dan [p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata, inilah yang dikaji oleh fonemik
Ada trik lain untuk mengenali suatu kajian merupakan fonetik atau fonemik, yaitu melalui istilah yang digunakan untuk menyebut bunyi bahasa. Fonetisi, para ahli fonetis, cenderung menggunakan istilah fon untuk satuan bunyi bahasa dan nama vokoid-kontoid-semivokoid untuk kategori fon. Untuk fonemik, para ahli menggunakan istilah fonem dan vokal-konsonan-semivokal.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
b.      Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa. Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Oleh karena bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara ikut bergetar. Perbedaan antara bunyi bahasa dengan bunyi lainnya menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran alat-alat ucap manusia sedangkan bunyi biasa tercipta dari getaran benda-benda selain alat ucap manusia. Namun demikian, pada dasarnya deskripsi bunyi bahasa fonetik ini masih kurang lengkap sehingga akan dilengkapi oleh deskripsi bunyi bahasa menurut fonemik.
Dalam fonetik, bunyi bahasa dianggap setara dengan bunyi, yaitu sebuah gejala fisika yang dapat diamati proses produksinya. Fonetik memang berorientasi dalam deskripsi produksi bunyi bahasa serta cara-cara yang dapat mengubah bunyi bahasa itu dalam produksinya. Oleh karena itu, fonetik bertugas mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat di dalam suatu bahasa. Salah satu contoh konkretnya adalah identifikasi bunyi-bunyi kontoid dan vokoid dalam suatu bahasa.
Menurut clark and Yallop (1990) fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian begaimana caara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima.
Secara umum, fonetik dapat dibagi menjadi tiga bidang kajian,yaitu fonetik fisiologis, fonetik akuistik, dan fonetik auditoris atau fonetik persepsi (Dew dan Jensen, 1977:19).
·         Fonetik Fisiologi
Fonetik Fisiologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fungsi fisiologis manusia (Liberman, 1977:3). Foneti  fisiologi adalah bidang fonetik yang mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi mekanisme biologis organ tubuh manusia.
·         Fonetik Akuistik
Fonetik akuistik  bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagimana alat pendengaranmanusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi bahasa yang diterima (Malbmberg, 1963:1). Adapun cirri utama bunyi-bunyi bahasa yang mendapatkan penekanan dalam kajian fonetik akuistik, yaitu frekuensi,tempo, dan kenyaringan.
·         Fonetik Auditoris atau Fonetik Persepsi
Fonetik Auditoris atau Fonetik Persepsi adalah kajian terhadap respons system pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima.
Ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi, antara lain fona, fonem, vokal, dan konsonan.
a.       Fona
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.
b.      Bunyi Vokal
Bunyi Vokal:bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator.
Disebut huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat mengihupkan
konsonan.
o Terdiri dari : a, i, u, e,o.
o Diftong → au, ai, oi
o Klasifikasi vokal :
Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e
Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o
c.       Bunyi konsonan
Bunyi Konsonan adalah bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan.
Pembentukan konsonan
·         Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m)
·         Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)
·         Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)
·         Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)
·         Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g)
·         Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.
·         Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.
Pembentukan konsonan
·         B → bilabial
·         C → palatal
·         D → apikodental
·         F → labiodental
·         G → glotis
·         H → hamsa (pita suara bergetar)
·         J → palatal
·         K → glotis
·         L → laringal
·         M → bilabial
·         N → apikodental
·         P → bilabial
·         Q → glotis
·         R → tril
·         S → desis
·         T → apikodental
·         V → labiodental
·         W → labiodental
·         X → glotis
·         Y → langit-langit lunak + lidah
·         Z → desis
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar