“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i

Jumat, 12 September 2014

Politi Era HABIBIE



Makalah
KEBERHASILAN dan KEGAGALAN MASA KEPEMIMPINAN
PROF. DR. ING. H. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial1
Dosen Pengampu: Dhiniaty Gularso S.Si., M.Pd.

DisusunOleh :
M. Saiful Huda                                  (12144600044)
Marita Perdana Putri                       (12144600054)
Ani Solikhah                                      (12144600063)
Ayu Agustin Tri  K.W.                     (12144600068)
Nurul Hidayah                                  (12144600075)
Tri Novi Andriyani                           (12144600080)
Kelas : A2-12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan KaruniaNya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang ”KEGAGALAN dan KEBERHASILAN MASA KEPEMIMPINAN  BJ HABIBIE”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bentuk proses belajar mengembangkan kemampuan siswa. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar bisa menjadi bekal dalam pembuatan makalah kami di kemudian hari.
Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ”Sejarah Masa Kepemimpinan Habibie”
Atas perhatian dan kerja sama teman-teman beserta  para  pembimbing kami ucapkan terima kasih.
                                                                 
                                                                                                                                     Yogyakarta, 02 Desember 2013
                                                                                                                                              

                                                                                                                        Penulis







BAB I
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia selalu terjadi dari tahun ke tahun dan dari presiden ke presiden, pembangunan tersebut terjadi pada segala aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta ideologi. Banyak kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh setiap presiden yang menjabat tentunya untuk membawa bangsa negara ini pada perubahan kearah yang lebih baik.
Banyak faktor yang menuntut agar Indonesia dapat pembangunan lebih pesat lagi. Salah satu faktornya adalah perkembangan dunia yang telah memasuki era globalisasi. Hal ini menuntut negara-negara didunia, termasuk Indonesia agar dapat melakukan pembangunan denagn baik sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Selian itu juga ada beberapa perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia dan selanjutnya mendukung pembangunan di Indonesia. Antara lain, Sistem Perencanaan Terpusat pada masa Orde Baru telah menciptakan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Privatisasi dan deregulasi masa itu juga digunakan untuk memindahkan hak milik negara kepada kroni penguasa politik. Akibatnya, produktivitas dan efisiensi perekonomian nasional kita menjadi semakin menurun dan baru berakhir pada krisis tahun 1997-1998.
Pasca reformasi, sistem pun berubah ke pola yang lebih demokratis dan adanya otonomi daerah. Sistem politik yang demokratis dan sistem pemerintahan yang didasarkan pada otonomi daerah juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas keuangan Negara. Hal ini untuk mengurangi konflik antar daerah yang dipicu oleh perasaan curiga karena tidak transparan dan tidak akuntabelnya keuangan negara. Hai ini memberi pada dampak baik pada pembangunan di indonesia. Sehingga, pembangunan di Indonesia dapat merata dan tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja. Namun, ada beberapa kebijakan-kebijakan dari presiden yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Disinilah BJ Habibie yang menjadi pemimpin Negara menggantikan Soeharto dengan latar belakang pendidikannya yang berbeda mencoba berjuang sekuat tenaganya untuk persatuan Negara agar sejahtera dalam segala wacana perubahannya dan mampu membawa seluruh masyarakat terbebas dari bayang-bayang orde baru. Dalam usahanya tersebut tentulah ada hal-hal yang tidak mampu dicapai oleh BJ Habibie namun tak sedikit pula keberhasilan yang ia capai dan mampu membawa perubahan pada Bangsa meskipun masa kepemimpinanya tidak lebih dari dua tahun. Sesungguhnya, apapun kebijakan dari presiden harus sesuai dengan aspirasi rakyat dan bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Sejarah Pengangkatan Habibie Sebagai Pemimpin Indonesia?
2.      Bagaiamana Biografi B.J Habibie?
3.      Bagaimana Latar Belakang Munculnya Reformasi?
4.      Apa sajakah Kegagalan dan Keberhasilan Masa Kepemimpinan B.J Habibie?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui sejarah pengangkatan BJ Habibie sebagai Pemimpin Indonesia ke-3
2.      Mengetahui biografi B.J Habibie
3.      Memahami latar belakang munculnya reformasi
4.      Mengerti dan memahami kegagalan dan keberhasilan masa kepemimpinan B.J Habibie dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan ideologi.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Pengangkatan Habibie Sebagai Pemimpin Indonesia
Indonesia telah merdeka selama 65 tahun sejak 17 Agustus 1945 dimana untuk pertama kalinya kemerdekaan Indonesia di proklamirkan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Dalam kurun waktu itu Indonesia mengalami pergantian kekuasan pemerintahan mulai dari masa kekuasaan Orde lama(Orla), Orde Baru (Orba) hingga masa sekarang ini dimana masyarakat Indonesia menyebutnya dengan sebutan Orde Reformasi. Indonesia pernah dipimpin oleh 6 orang Presiden dengan berbagai latar belakang berbeda mulai dari yang berlatar belakang seorang tentara (militer), ilmuwan, yang hanya lulusan sekolah SMA, bahkan seorang ulama pun pernah merasakan duduk dalam kekuasaan di negeri ini. Indonesia pernah dipimpin oleh seorang Presiden Soekarno yang merupakan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia dan merupakan Presiden pertama negeri ini yang berlatar belakang pendidikan Insinyur yang diraihnya pada 25 Mei 1926 di THS (Technische Hooge-School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi Institut Teknik Bandung (ITB), selanjutnya Soeharto yang notabene adalah seorang Jenderal bintang lima selama kurang lebih 32 tahun memimpin bangsa ini dengan segala kelebihan dan ketidakpuasan yang dialami masyarakat Indonesia di bawah era kepemimpinan Soeharto.
Pada masa era reformasi yang dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Indonesia telah mengalami 5 pergantian kepemimpinan. Presiden BJ. Habibie yang berlatar belakang seorang ilmuwan merupakan presiden pertama di era yang mengharapkan kemajuan dan perubahan dalam masyarakat Indonesia yang selama 32 tahun berada di bawah bayang-bayang Soeharto. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berlatar belakang seorang ulama, Megawati Soekarno Putri yang tidak pernah menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah, dan Susilo Bambang Yudhoyono yang berpangkat Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000 secara bergantian menduduki kekuasaan tertinggi di negeri yang berpenduduk kurang lebih 230 Juta jiwa. Khusus Susilo Bambang Yudhoyono, beliau menjabat Presiden RI hingga 2 kali periode sejak 2004 hingga 2014 nanti. Sampai saat ini jabatan yang dipegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI adalah terlama sejak berakhirnya kekuasaan Soeharto (Orde baru) dan BJ. Habibie merupakan seorang Presiden dan Wakil Presiden di era reformasi yang masa pemerintahanya terpendek dalam sejarah Indonesia. Beliau menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden dan takdir Allah menuntun beliau menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
BJ. Habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan demikian beliau hanya 1 tahun dan 5 bulan menjabat sebagai presiden RI. Inilah yang menjadi titik tolak pemikiran dalam penulisan ini, bagaimana seorang BJ. Habibie yang dalam pemerintahannya berlangsung dalam kurun waktu begitu singkat harus menata kembali sebuah negara dengan kemajemukan penduduknya yang selama kurang lebih 32 tahun harus terbelenggu dibawah kekuasaan Soeharto. BJ Habibe adalah seorang Presiden RI yang menduduki puncak kekuasaan tertinggi di negeri ini ketika rakyat menginginkan adanya perubahan dalam segala aspek kehidupan. Kalau di ibaratkan cuaca, Habibie ada pada cuaca dingin karena sebelumnya rakyat begitu terbuai dalam tidur panjangnya pada masa orde baru menuju cuaca panas, dimana rakyat Indonesia terbangun dan menginginkan perubahan.

B.     Biografi  Singkat B.J Habibie
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal sebagai BJ Habibie merupakan Presiden ke 3 Republik Indonesia setelah Soekarno “Sang Proklamator RI” dan Soeharto yang terkenal dengan “dinasti” cendana-nya. BJ. Habibie lahir di Pare-pare Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau terlahir “blaster” antara orang Jawa (ibunya) dengan orang Sulawesi Selatan (ayahnya). Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Sang Habibie muda harus kehilangan ayahnya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah ayahnya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di sekolah yang setingkat SMA tersebut, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika.
Pada tahun 1954 beliau menamatkan pendidikannya di Gouvernments Middlebare School dan selanjutnya meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tepatnya di Institut Teknik Bandung (ITB) di kota Bandung. Di Perguruan Tinggi yang berdiri pada tanggal 2 Maret 1959 yang sebelumnya bernama Technische Hoogeschool di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno meraih gelar Insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil dan merupakan sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia, BJ Habibie kuliah selama kurang lebih 6 bulan di jurusan Teknik Mesin namun bukan berarti Habibie berhenti kuliah. Ini dikarenakan Habibie muda melanjutkan studynya di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH) di kota Aachen, Jerman jurusan Teknik Penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude. Keberhasilan Habibie dalam pendidikannya tak lain karena dukungan seorang ibu yang yang bekerja keras dalam membiayai anaknya dengan usaha cateringnya karena habibie kuliah keluar negeri bukan karena mendapatkan bea siswa.
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB di kota Hamburg, Jerman (1965-1969) sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini. Sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

C.    Latar Belakang Munculnya Reformasi
1.      Bidang Politik
      Munculnya reformasi di bidang politik disebabkan oleh adanya KKN, ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta munculnya demo mahasiswa yang menginginkan pembaharuan di segala bidang.
2.      Bidang Ekonomi
      Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.
Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.
      Hal-hal tersebut membuat perlu dilakukannya tindakan-tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya.
3.      Bidang Sosial
      Krisis ekonomi dan politik pada masa pemerintahan orde baru berdampak pada kehidupan sosial di Indonesia. Muncul peristiwa pembunuhan dukun santet di Situbondo, perang saudara di Ambon, peristiwa Sampit, beredar luasnya narkoba, meningkatnya kejahatan, pembunuhan, pelacuran. Hal tersebut membuat diperlukannya tindakan yang cepat dan tepat.

D.    Kegagalan dan Keberhasilan Masa Kepemimpinan B.J Habibie
1.      Sosial
1)      Keberhasilan
a.    Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum. Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai kalanganmasyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepadatatanan hukum yang didambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadapat berbagai produksi hukum atauundang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak dengan jelasadanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak.Selama pemerintahan Orde Baru, karakter hukum cenderung bersifatkonservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih tertutupterhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat. Padahukum yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisadikatakan tidak ada sama sekali.Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde Baru sangattidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan terhadapHak-hak Asasi Manusia (HAM), berkembangnya demokrasi serta munculnyakreativitas masyarakat dan memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya.
b.   Pemerintah menyiapkan dana kredit murah untuk rakyat untuk usaha kecil dan menengah serta koperasi yang nilainya mencapai Rp 23,8 triliun dengan bunga 14% per tahun, dengan tujuan meningkatan kemampuan sumber daya manusia.
c.    Setelah mendapatkan bantuan US$ 14 miliar dari IMF, kemudia BJ Habibie menggunakan uang tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan seperti pengadaan Jaring Pengaman Sosial dan subsidi sembako yang akan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi. Kepedulian BJ Habibie terhadap rakyat kecil ini tidak berlebihan karena dimata BJ Habibie rakyat adalah bosnya.
2)   Kegagalan
Terjadi krisis moneter yang berkepanjangan, sehingga menyebabkan banyak sekali pengangguran dan PHK secara masal yang menimbulkan kemiskinan yang semakin meningkat.
Sejak krisis moneter yang melanda pada pertengahan tahun 1997, perusahaan-perusahaan swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK.
Para pekerja yang deberhentikan itu menambah jumlah pengangguran, sehingga jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 40 juta orang. Pengangguran dalam jumlah yang sangat besar ini akan menimbulkan terjadinya masalah-masalah social dalam kehidupan masyarakat. Dampak susulan dari pengangguran adalah makin maraknya tindakan tindakan kriminal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu hendaknya pemerintah dengan serius menangani masalah pengangguran dengan membuka lapangan kerja yang dapat menampung para penganggur tersebut. Langkah berikutnya, pemerintah hendaknya dapat menarik kembali para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru untuk menampung para penganggur tersebut. Masalah pengangguran merupakan masalah social dalam kehidupan masyarakat dan sangat peka terhadap segala bentuk pengaruh.
2.      Budaya
1)      Keberhasilan
Pada masa ini mulai menetapkan budaya demokrasi, diantaranya jujur, bebas dan adil, dengan  mangupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis.
2)      Kegagalan
a.       Terjadi Pertikaianantarkelompok yang disebabkanoleh SARA yang mengancamstabilitaspolitik
b.      Terjadi perpecahan antar suku yang konon disebabkan oleh kemarahan agen rahasia yang tidak puas atas jatuhnya soeharto
3.      Politik
1)      Keberhasilan
a.       Pembebasan Tahanan Politik
Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik meningkatkan legitimasi Habibie baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Diantara yang dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI,  yang telah ditahan lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan setelah Insiden Tanjung Priok.
Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian besar terdiri dari mantan jendral yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI).
Dr Sri Bintang Pamungkas, ketua Partai PUDI dan Dr Mochatar Pakpahan ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan K. H Abdurrahman Wahid merupakan segelintir dari tokoh-tokoh yang dibebaskan Habibie. Selain itu Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan menyatakan mendukung budaya oposisi serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang Orde Baru.
b.      Meningkatkan Kebebasan Pers
Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie inibanyak sekali bermunculan media massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru. Pers Indonesia dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar, pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya. Bahkan seorang pengamat Indonesia dari Ohio State University, William Liddle mengaku sempat shock menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun pemerintah dan membaca isi koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan Orde Baru.Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP.
c.       Pembentukan Parpol dan Mempercepat Pemilu dari 2003 Ke 1999
Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.
Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan bahkan menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98 partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja. Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai.
d.      Penyelesaian masalah timur-timur
Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di TimorTimur. Bagi Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas  berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang seperti: politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhormat dan damai lepas dari NKRI. 
e.       Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu:
(1)   Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentang Referendum.
(2)   Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978
tentang Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
(3)   Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998
tentang Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di Luar Batas Perundang-undangan.
(4)   Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.
f.       Membentuk Tiga Undang-Undang Yang Demokratis Yaitu :
(1)  UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2)  UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3)  UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR

g.      Pemberian Gelar Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti
Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada para mahasiswa korban Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998 merupakan hal positif yang dianugrahkan oleh pemerintahan Habibie, dimana penghargaan ini mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.
2)      Kegagalan
a.       Pengusutan Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya
Mengenai masalah KKN, terutama yang melibatkan Mantan Presiden Soeharto pemerintah dinilai tidak serius menanganinya dimana proses untuk mengadili Soeharto berjalan sangat lambat. Bahkan, pemerintah dianggap gagal dalam melaksanakan Tap MPR No. XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, terutama mengenai pengusutan kekayaan Mantan Presiden Soeharto, keluarga dan kroni-kroninya. Padahal mengenai hal ini, Presiden Habibie dengan Instruksi Presiden No. 30 / 1998 tanggal 2 Desember 1998 telah mengintruksikan Jaksa Agung Baru, Andi Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa Mantan Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktik KKN. Namun hasilnya tidak memuaskan karena pada tanggal 11 Oktober 1999, pejabat Jaksa Agung Ismudjoko mengeluarkan SP3, yang menyatakan bahwa penyidikan terhadap Soeharto yang berkaitan dengan masalah dana yayasan dihentikan. Alasannya, Kejagung tidak menemukan cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan, kecuali menemukan bukti-bukti baru. Sedangkan dengan kasus lainnya tidak ada kejelasan.
Bersumber dari masalah di atas, yaitu pemerintah dinilai gagal dalam melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta Soeharto dan mengadilinya. Hal ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR, Jumat (13/11/1998) malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung sejak pukul 15.45 WIB sampai tengah malam. Darah berceceran di kawasan Semanggi, yang jaraknya hanya satu kilometer dari tempat wakil rakyat bersidang.Sampai sabtu dini hari, tercatat lima mahasiswa tewas dan 253 mahasiswa luka-luka. Karena banyaknya korban akibat bentrokan di kawasan Semanggi maka bentrokan ini diberi nama ”Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi Semanggi”.
4.      Ekonomi
1)      Keberhasilan
a.       Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
b.      Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
c.       Menaikan nilai tukar rupiah
d.      Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
e.       Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
f.       Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2)      Kegagalan
a.       Diakhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket
b.      Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia
c.       Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari krisis
d.      Utang luar negeri  jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
e.       Produksi menurun karena bnyak perusahaan yang tidak dapat bertahan hidup.
5.      Pertahanan dan Keamanan
1)      Keberhasilan
Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan ABRI.Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang. Langkah lain yang di tempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
2)      Kegagalan
Pada masa ini terjadi peristiwa lepasnya Timor Timur dari NKRI menjadi negara sendiri. Dan ini membuktikan bahwa pemerintahan Habibie tidak memiliki pertahanan yang kuat.
6.      Ideologi
1)      Keberhasilan
Pada masa pemerintahan B.J Habibie ideologi sudah mulai terbuka. Nilai-nilai demokrasi sudah mulai ditanamkan kembali pasca reformasi.
Berhasil merampungkan perundang-undangan yang mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi yaitu UU No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka Umum. Adanya undang-undang tersebut menunjukkan pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang sesungguhnya, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengemukakan apa yang diinginkannya.
2)      Kegagalan
Dengan Timor Timur memisahkan diri dari Republik Indonesia dan berdiri sendiri, maka BJ Habibie di klaim melanggar sila ke tiga “Persatuan Indonesia” karena membuat Timor Timur melakukan referendum dan akhirnya merdeka.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelahmenjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannyareferendumprovinsi Timor Timur (sekarangTimor Leste). Timor Timur  sebelumnya merupakan sebuah provinsi yang ke-27 menjadi bagian NegaraKesatuan Republik Indonesia. Timor Timur berintegrasi dengan wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia setelah dijajah oleh Portugal pada awal abad ke-16. Wilayah provinsi ini meliputi bagian timur pulau Timor, pulau Kambing atauAtauro, pulau Jaco dan sebuah eksklave di Timor bagian barat yang dikelilingioleh provinsi Nusa Tenggara Timur. Ia mengajukan hal yang cukupmenggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi wargaTimor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dariIndonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepasdari Negara KesatuanRepublik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal30Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yangsering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar  belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasildilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagisetelah laporan pertanggungjawabannya ditolak olehMPR.
Namun dalam kepemimpinannya yang hanya berlangsung 17 bulan tersebut BJ Habibie mampu membawa Bangsa Indonesia keluar dari masa-masa krisis ekonomi, meskipun banyak orang yang menentang dan menghujat namun banyak pula orang yang memuji karena keberhasilannya membawa perubahan.





            DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/53621213/Pemerintahan-Habibie
BJ Habibie, 2006, Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta, THC Mandiri.

A.    Makmur Makka., 2008, A True Life of Habibie, Bandung, Pustaka Iman.

A. Makmur Makka., 2013, Total Habibie, Depok, Edelweiss.
           
A. Makmur Makka., 2009, Testimoni untuk BJ Habibie, Yogyakarta, Ombak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar